Teori Pertumbuhan Ekonomi
Dalam sejarah pemikiran ekonomi, ahli-ahli ekonomi
yang membahas tentang proses pertumbuhan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi
empat aliran yaitu aliran klasik, neo-klasik, Schumpeter, dan post Keynesian.
Ahli ekonomi yang lahir antara abad delapan belas dan permulaan abad kedua
puluh ini, lazim digolongkan sebagai aliran/kaum Klasik. Aliran/kaum klasik ini
dibedakan ke dalam dua golongan, yaitu: aliran Klasik dan aliran Neo-Klasik.
Dari kedua golongan ahli-ahli ekonomi Klasik dan Neo-Klasik, sebagian besar
menumpahkan perhatiannya pada analisis sifat-sifat kegiatan masyarakat dalam
jangka pendek, hanya sedikit sekali yang menganalisis mengenai masalah
pertumbuhan ekonomi. Kurangnya perhatian kedua golongan tersebut terhadap
pertumbuhan ekonomi disebabkan terutama oleh pandangan mereka yang diwarisi
dari pendapat Adam Smith, yang berkeyakinan bahwa mekanisme pasar akan
menciptakan suatu perekonomian berfungsi secara efisien.
Menurut Schumpeter,
perkembangan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis ataupun gradual,
melainkan merupakan perubahan yang spontan dan terputus-putus. Selanjutnya
menurut Schumpeter, perkembangan selanjutnya itu tidak bersifat gradual, tetapi
mengandung ketidaktentuan dan risiko yang besar, sehingga tidak dapat
diperhitungkan terlebih dahulu dan ini menyebabkan timbulnya keragu-raguan
dalam mengembangkan usaha lebih lanjut. Menurut Schumpeter, faktor terpenting
untuk perkembangan ekonomi adalah wiraswasta (entrepreneur). Karena mereka
adalah orang-orang yang mengambil inisiatif untuk berkembangnya produksi
nasional.
Ahli-ahli Post-Keynesian
mencoba mengembangkan teori pertumbuhan Keynes. Pada hakikatnya teori tersebut
dikembangkan oleh dua ahli ekonomi secara sendiri-sendiri, namun karena inti
dari teori tersebut adalah sama, maka sekarang dikenal sebagai teori
Harrod-Domar. Teori Harrod-Domar pada hakikatnya menganalisis mengenai
persoalan-persoalan tentang: syarat-syarat apakah atau keadaan yang
bagaimanakah yang harus tercipta dalam perekonomian untuk menjamin agar dari
masa ke masa kesanggupan memproduksi yang selalu bertambah, sebagai akibat dari
penanaman modal akan selalu sepenuhnya digunakan.
Tahap-tahap Pembangunan
Ekonomi
Ada beberapa ahli yang
memaparkan teori tentang tahap-tahap pembangunan ekonomi yaitu Fredrich List,
Bruno Hilderbrand, Karl Bucher dan W.W Rostow. Fredrich List adalah seorang
penganut paham Laissez faire. Ia berpendapat bahwa paham Laissez faire dapat
menjamin alokasi sumber-sumber secara optimal, meskipun ia menghendaki adanya
proteksi bagi industri-industri yang masih lemah. Menurut List, perkembangan
ekonomi hanya akan terjadi apabila dalam masyarakat terdapat kebebasan dalam
organisasi politik dan kebebasan perseorangan. Ia menyusun tahap-tahap
perkembangan ekonomi di mulai dari: fase primitif biadab, fase pertanian, fase
pertanian dan pabrik, pabrik dan perdagangan.
Bruno Hilderbrand
mengemukakan bahwa tahap-tahap pembangunan ekonomi itu menjadi 3 tahap yaitu:
perekonomian barter atau perekonomian natural, perekonomian uang, dan
perekonomian kredit.
Menurut Karl Bucher,
perkembangan ekonomi melalui tiga tingkat atau tahap yaitu: produksi untuk
kebutuhan sendiri, perekonomian kota dan perekonomian nasional, di mana peranan
pedagang-pedagang tampak makin penting. Menurut tahap ketiga ini, bahwa
barang-barang itu diproduksi untuk pasar bukan untuk kepentingan sendiri.
Tahap-tahap pembangunan
ekonomi menurut Rostow dikelompok-kan menjadi: masyarakat tradisional,
prasyarat lepas landas, lepas landas, menuju kematangan dan konsumsi berlebih.
Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi Walt Whitman Rostow
Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi ini diklasifikan
sebagai teori modernisasi. Artikel Walt Whitman Rostow yang dimuat dalam Economics Journal pada Maret 1956 berjudul The Take-Off Into Self-Sustained Growth pada awalnya
memuat ide sederhana bahwa transformasi ekonomi setiap negara dapat ditelisik
dari aspek sejarah pertumbuhan ekonominya hanya dalam tiga tahap: tahap
prekondisi tinggal landas (yang membutuhkan waktu berabad-abad lamanya), tahap
tinggal landas (20-30 tahun), dan tahap kemandirian ekonomi yang terjadi secara
terus-menerus.
Walt Whitman Rostow kemudian mengembangkan ide tentang
perspektif identifikasi dimensi ekonomi tersebut menjadi lima tahap kategori
dalam bukunya The Stages of Economic Growth: A Non-Communist
Manifesto yang
diterbitkan pada tahun 1960. Ia meluncurkan teorinya sebagai ‘sebuah manifesto
anti-komunis’ sebagaimana tertulis dalam bentuk subjudul. Rostow menjadikan
teorinya sebagai alternatif bagi teori Karl Marx mengenai sejarah modern.
Fokusnya pada peningkatan pendapatan per kapita, Buku itu kemudian mengalami
pengembangan dan variasi pada tahun 1978 dan 1980.
Rostow pulalah yang membuat distingsi antara sektor
tradisional dan sektor kapitalis modern. Frasa-frasa ini terkenal dengan terminologi ‘less
developed’, untuk menyebut kondisi suatu negara yang masih
mengandalkan sektor tradisional, dan terminologi ’more developed’
untuk menyebut kondisi suatu negara yang sudah mencapai tahap industrialisasi
dengan mengandalkan sektor kapitalis modern.
Dalam hal prekondisi untuk meningkatkan ekonomi suatu
negara, penekanannya terdapat pada keseluruhan proses di mana masyarakat
berkembang dari suatu tahap ke tahap yang lain. Tahap-tahap yang berbeda ini
ditujukan untuk mengidentifikasi variabel-variabel kritis atau strategis yang
dianggap mengangkat kondisi-kondisi yang cukup dan perlu untuk perubahan dan
transisi menuju tahapan baru yang berkualitas. Teori ini secara mendasar
bersifat unilinear dan universal, serta dianggap bersifat permanen.
Pembangunan, dalam arti proses, diartikan
sebagai modernisasi yakni pergerakan dari masyarakat pertanian berbudaya
tradisional ke arah ekonomi yang berfokus pada rasional, industri, dan jasa.
Untuk menekankan sifat alami ‘pembangunan’ sebagai sebuah proses, Rostow
menggunakan analogi dari sebuah pesawat terbang yang bergerak sepanjang
lintasan terbang hingga pesawat itu dapat lepas landas dan kemudian melayang di
angkasa.
Pembangunan, dalam arti tujuan, dianggap sebagai kondisi suatu negara yang ditandai dengan adanya: a) kemampuan konsumsi yang besar pada sebagian besar masyarakat, b) sebagian besar non-pertanian, dan c) sangat berbasis perkotaan.
Sebagai bagian teori modernisasi, teori ini mengkonsepsikan pembangunan sebagai modernisasi yang dicapai dengan mengikuti model kesuksesan Barat. Para pakar ekonomi menganggap bahwa teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi ini merupakan contoh terbaik dari apa yang diistilahkan sebagai ‘teori modernisasi’.
Pembangunan, dalam arti tujuan, dianggap sebagai kondisi suatu negara yang ditandai dengan adanya: a) kemampuan konsumsi yang besar pada sebagian besar masyarakat, b) sebagian besar non-pertanian, dan c) sangat berbasis perkotaan.
Sebagai bagian teori modernisasi, teori ini mengkonsepsikan pembangunan sebagai modernisasi yang dicapai dengan mengikuti model kesuksesan Barat. Para pakar ekonomi menganggap bahwa teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi ini merupakan contoh terbaik dari apa yang diistilahkan sebagai ‘teori modernisasi’.
Tahap-Tahap Linear Pertumbuhan Ekonomi Rostow
Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang linear (mono-economic approach) inilah yang menjadi syarat pembangunan
untuk mencapai ‘status lebih maju’. Rostow membagi proses
pembangunan ke dalam lima tahapan yaitu:
1. Tahap masyarakat tradisional (the
traditional society), dengan karakteristiknya:
- Pertanian padat tenaga kerja;
- Belum mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi (era Newton);
- Ekonomi mata pencaharian;
- Hasil-hasil tidak disimpan atau diperdagangkan; dan
- Adanya sistem barter.
2. Tahap pembentukan prasyarat tinggal landas (the preconditions for takeoff),
yang ditandai dengan:
yang ditandai dengan:
- Pendirian industri-industri pertambangan;
- Peningkatan penggunaan modal dalam pertanian;
- Perlunya pendanaan asing;
- Tabungan dan investasi meningkat;
- Terdapat lembaga dan organisasi tingkat nasional;
- Adanya elit-elit baru;
- Perubahan seringkali dipicu oleh gangguan dari luar.
3. Tahap tinggal landas (the
take-off), yaitu ditandai dengan:
- Industrialisasi meningkat;
- Tabungan dan investasi semakin meningkat;
- Peningkatan pertumbuhan regional;
- Tenaga kerja di sektor pertanian menurun;
- Stimulus ekonomi berupa revolusi politik,
- Inovasi teknologi,
- Perubahan ekonomi internasional,
- Laju investasi dan tabungan meningkat 5 – 10 persen dari
- Pendapatan nasional,
- Sektor usaha pengolahan (manufaktur),
- Pengaturan kelembagaan (misalnya sistem perbankan).
4. Tahap pergerakan menuju kematangan ekonomi (the drive to maturity),
ciri-cirinya:
- Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan;
- Diversifikasi industri;
- Penggunaan teknologi secara meluas;
- Pembangunan di sektor-sektor baru;
- Investasi dan tabungan meningkat 10 – 20 persen dari pendapatan nasional.
5. Tahap era konsumsi-massal tingkat tinggi (the age of high mass-consumption) dengan:
- Proporsi ketenagakerjaan yang tinggi di bidang jasa;
- Meluasnya konsumsi atas barang-barang yang tahan lama dan jasa;
- Peningkatan atas belanja jasa-jasa kemakmuran
Latar Belakang
Selama hampir setengah abad, perhatian utama masyarakat
perekonomian dunia tertuju pada cara-cara untuk mempercepat tingkat pertumbuhan
pendapatan nasional. Para ekonom dan politisi dari semua negara, baik
negara-negara kaya maupun miskin, yang menganut sistem kapitalis, sosialis
maupun campuran, semuanya sangat mendambakan dan menomorsatukan pertumbuhan
ekonomi (economic growth). Pada setiap akhir tahun, masing-masing negara
selalu mengumpulkan data-data statistiknya yang berkenaan dengan tingkat
pertumbuhan GNP relatifnya, dan dengan penuh harap mereka menantikan munculnya
angka-angka pertumbuhan yang membesarkan hati. “Pengejaran pertumbuhan” merupakan
tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara di dunia dewasa ini. Seperti
kita telah ketahui, berhasil-tidaknya program-program pembangunan di
negara-negara dunia ketiga sering dinilai berdasarkan tinggi-rendahnya tingkat
pertumbuhan output dan pendapatan nasional.
Mengingat konsep pertumbuhan ekonomi sebagai tolok ukur
penilaian pertumbuhan ekonomi nasional sudah terlanjur diyakini serta
diterapkan secara luas, maka kita tidak boleh ketinggalan dan mau tidak mau
juga harus berusaha mempelajari hakekat dan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi
tersebut. Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda,
yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output per kapita yang
terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan
salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya
pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat,
meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan. Sedangkan
pembangunan ekonomi ialah usaha meningkatkan pendapatan per kapita dengan
jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui
penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan
ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen.
2. Rumusan
Masalah
Adapun yang
menjadi pokok permasalahn dalam penulisan makalah ini adalah:
1.
Apa pengertian pertumbuhan ekonomi?
2.
Apa saja factor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi?
3.
Bagai mana pertumbuhan ekonomi menurut teori Joseph Schumpeter?
4.
Bagai mana pertumbuhan ekonomi menurut teori Harrod Dan Domar?
5.
Bagai mana pertumbuhan ekonomi menurut teori Neo-Klasik?
3. Tujuan
Tujuan utama pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salasatu tugas
kelompok mata kulia Pembangunan Ekonomi, selain dari itu dengan adanya makalah
ini maka akan menambah pengatahuan dan wawasan
teman-teman mahasiswa, dan tujuan yang terakhir adalah untuk di persentasikan
atau di diskusikan bersama teman-teman mahasiswa.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi adalah proses
perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju
keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan
juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang
diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan
ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
2. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
- Faktor Sumber Daya Manusia, Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.
- Faktor Sumber Daya Alam, Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
- Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
- Faktor Budaya, Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
- Sumber Daya Modal, Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
3.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Joseph
Schumpeter
Menurut Joseph Schumpeter pertumbuhan ekonomi
terjadi bila ada inovasi dari para pengusaha (wiraswasta). Dalam hal ini,
inovasi merupakan penerapan pengetahuan dan teknologi yang baru di dunia usaha.
Inovasi memiliki pengaruh sebagai berikut:
1)
Diperkenalkannya teknologi baru.
2)
Menimbulkan keuntungan yang lebih tinggi.
3)
Menimbulkan imitasi inovasi, yaitu peniruan
teknologi baru oleh pengusaha-pengusaha lain yang dapat meningkatkan hasil produksi.
Pada dasarnya pelaku ekonomi dipandangnya
sebagai makhluk yang terus melakukan inovasi-inovasi dalam memajukan
siklus perekonomian itu sendiri. Namun inovasi itu sendiri sangatlah sarat
dengan sifat instabilitas.
Dalam memahami pemikiran Schumpeter, maka satu poin penting yang harus
dipahami adalah konsep creative
destruction. Creative destruction
pada dasarnya merujuk kepada usaha dalam memecahkan berbagai halangan guna
mencapai inovasi dan kemajuan, di mana kemajuan ini kemudian dirujukkan oleh
Schumpeter ke dalam pengembangan teknologi itu sendiri. Apabila menuangkan
diagram pemikiran Schumpeter, maka baginya siklus ekonomi adalah siklus yang
selalu berputar karena dorongan pembangunan dan tidak pernah sampai pada satu
titik keseimbangan tertentu. Ekonomi akan bergerak melalui tahap resesi dan booming. Jika inovasi belum membuahkan
hasil, ekonomi akan mengalami resesi, sebaliknya jika inovasi sudah berjalan
dengan baik, akibat didorong oleh injeksi kapital dari sistem perbankan,
ekonomi akan bergerak ke arah optimis. Begitu seterusnya, sehingga sistem
ekonomi kapitalis pada dasarnya akan bergerak dari resesi (burst) ke optmisis (boom).
Diagram pemikiran Schumpeter itu kemudian menunjukkan bagaimana uang dan
perbankan memiliki peran yang sangat sentral dalam perekonomian. Namun
Schumpeter tetap menekankan peran perbankan sebagai faktor pendukung dari
kegiatan ekonomi utama yaitu yang bergerak di sektor riil. Schumpeter berusaha
mengembangkan ide bagaimana inovasi tidak seharusnya berkembang pada sektor
finansial, hal ini disebabkan inovasi serta pembangunan pada sektor finansial
hanya mengandalkan spekulasi-spekulasi yang dapat menjatuhkan serta
menghancurkan perekonomian itu sendiri. Apabila sektor finansial mengalami
kehancuran, maka dampaknya akan terasa secara langsung oleh sektor riil karena
inovasi-inovasi yang membutuhkan suntikan dana dari perbankan akan terhambat,
sehingga perekonomian pun akan merasakan dampaknya.
Kemajuan teknologi (technological progress) bagi kebanyakan ekonom
merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang paling penting. Dalam pengertiannya
yang paling sederhana, kemajuan teknologi terjadi karena ditemukannya cara baru
atau perbaikan atas cara-cara lama dalam menangani pekerjaan-pekerjaan
tradisional seperti kegiatan menanam jagung, membuat pakaian, atau membangun
rumah. Kita mengenal tiga klasifikasi kemajuan teknologi, yaitu: kemajuan
teknologi yang bersifat netral (neutral technological progress), kemajuan
teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-saving technological progress), dan
kemajuan teknologi yang hemat modal (capital-saving technological progress).
Kemajuan teknologi yang netral (neutral technolohical progress) terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama. Inovasi yang sederhana, seperti pembagian tenaga kerja (semacam spesialisasi) yang dapat mendorong peningkatan output dan kenaikan konsumsi masyarakat adalah contohnya. Sementara itu, kemajuan teknologi dapat berlangsung sedemikian rupa sehingga menghemat pemakaian modal atau tenaga kerja (artinya, penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memperoleh output yang lebih tinggi dari jumlah input tenaga kerja atau modal yang sama). Penggunaan komputer, mesin tekstil otomatis, bor listrik berkecepatan tinggi, traktor dan mesin pembajak tanah, dan banyak lagi jenios mesin serta peralatan modern lainnya, dapat diklasifikasikan sebagai kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-saving technological progress). Sedangkan kemajuan teknologi hemat modal (capital-saving technological progress) merupakan fenomena yang langka.
Kemajuan teknologi yang netral (neutral technolohical progress) terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama. Inovasi yang sederhana, seperti pembagian tenaga kerja (semacam spesialisasi) yang dapat mendorong peningkatan output dan kenaikan konsumsi masyarakat adalah contohnya. Sementara itu, kemajuan teknologi dapat berlangsung sedemikian rupa sehingga menghemat pemakaian modal atau tenaga kerja (artinya, penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memperoleh output yang lebih tinggi dari jumlah input tenaga kerja atau modal yang sama). Penggunaan komputer, mesin tekstil otomatis, bor listrik berkecepatan tinggi, traktor dan mesin pembajak tanah, dan banyak lagi jenios mesin serta peralatan modern lainnya, dapat diklasifikasikan sebagai kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-saving technological progress). Sedangkan kemajuan teknologi hemat modal (capital-saving technological progress) merupakan fenomena yang langka.
Hal ini dikarenakan hamper semua penelitian dalam dunia ilmu pengetahuan
dan teknologi dilakukan di Negara-negara maju dengan tujuan utama menghemat
pekerja, dan bukan menghemat modal. Di Negara-negara dunia ketiga yang
berlimpah tenaga kerja tetapi langka modal, kemajuan teknologi hemat modal
merupakan sesuatu yang paling diperlukan. Kemajuan teknologi juga dapat
meningkatkan modal atau tenaga kerja. Kemajaun teknologi yang meningkatkan
pekerja (labor-augmenting technological progress) terjadi apabila penerapan
teknologi tersebut mampu meningkatkan mutu atau ketrampilan angkatan kerja
secara umum. Misalnya, dengan menggunakan videotape, televise, dan media
komunikasi elektronik lainnya di dalam kelas, proses belajar bias lebih lancar
sehingga tingkat penyerapan bahan pelajaran juga menjadi lebih baik. Demikian
pula halnya dengan kemajuan teknologi yang meningkatkan modal (capital-augmenting
technological progress). jenis kemajuan ini terjadi jika penggunaan teknologi
tersebut memungkinkan kita memanfaatkan barang modal yang ada secara lebih
produktif. Misalnya, penggunaan bajak kayu dengan bajak baja dalam produksi
pertanian.
4.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod
Dan Domar
Teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar merupakan teori pertumbuhan yang
berdasarkan pada pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju, teori itu merupakan
perkembangan langsung teori ekonomi makro Keynes yang merupakan teori jangka
pendek yang kemudian menjadi teori jangka panjang. Pada model Harrod-Domar
peranan investasi sangat penting. Dalam jangka panjang investasi mempunyai
pengaruh ganda. Di satu sisi investasi mempengaruhi permintaan agregat di sisi
lain investasi juga mempengaruhi kapasitas produksi nasional dengan menambahkan
stok modal yang tersedia. Harrod menyimpulkan agar suatu ekonomi nasional
selalu tumbuh dengan kapasitas produksi penuh yang disebutnya sebagai
pertumbuhan ekonomi yang mantap (steady-state growth), efek permintaan yang
ditimbulkan dari penambahan investasi harus selalu diimbangi oleh efek
penawarannya tanpa terkecuali. Tetapi investasi dilakukan oleh pengusaha yang
mempunyai pengharapan yang tidak selalu sama dari waktu ke waktu, karena itu
keseimbangan ekonomi jangka panjang yang mantap hanya dapat dicapai secara
mantap pula apabila pengharapan para pengusaha stabil dan kemungkinan
terjadinya hal itu sangat kecil, seperti yang dikemukakan oleh Joan Robinson
(golden age).
Harrod juga mengemukakan bahwa sekali keseimbangan itu terganggu, maka
gangguan itu akan mendorong ekonomi nasional menuju ke arah depresi atau
inflasi sekular. Karena itu Harrod melambangkan keseimbangan ekonomi tersebut
sebagai keseimbangan mata pisau, mudah sekali tergelincir dan sekali
tergelincir semuanya akan menjadi hancur (jadi keseimbangan yang tidak stabil).
Teori pertumbuhan ekonomi Domar hampir mirip dengan teori Harrod walaupun
ada beberapa perbedaan yang mendasar pula antara kedua teori itu. Perbedaan itu
khususnya menyangkut mengenai tiadanya fungsi investasi pada model Domar,
sehingga investasi yang sebenarnya tidak ditentukan di dalam teorinya. Karena
itu kesulitan pencapaian keseimbangan ekonomi jangka panjang yang mantap bagi
Harrod, disebabkan oleh sulitnya kesamaan v dan vr atau laju pertumbuhan yang
disyaratkan dengan laju pertumbuhan natural, sedang bagi Domar kesulitan itu
timbul karena adanya kecenderungan masyarakat untuk melakukan investasi yang
relatif terlalu rendah (underinvestment).
Dalam konsep ICOR, investasi adalah total dari pembentukan modal tetap
dan stok barang yang terdiri atas gedung, mesin dan perlengkapan, kendaraan,
stok bahan baku dan sebagainya. Nilai dalam investasi terdiri dari :
a)
Pembelian barang modal baru.
b)
Pembuatan/perbaikan besar barang yang sifatnya menambah umur atau
meningkatkan kemampuan.
c)
Penjualan barang modal bekas.
d)
Perubahan stok.
Konsep COR ada 2, yaitu average capital-output ratio (ACOR) dan
incremental capital-output ratio (lCOR). ACOR menunjukkan hubungan antara stok
modal yang ada dan aliran output lancar yang dihasilkan. ICOR menunjukkan;
perbandingan antara kenaikan tertentu pada stok modal (delta K) dan kenaikan
Output atau pendapatan (delta Y). Besamya COR tergantung pada teknik produksi
yang digunakan. Pada sektor yang teknik produksinya bersifat padat modal,
COR-nya akan tinggi. Sebaliknya, sektor dengan teknik produksi padat karya,
COR-nya akan rendah. Sektor-sektor seperti transportasi, telekomunikasi,
perhubungan, perumahan, dan industri barang modal akan mempunyai COR sektoral
yang relatif tinggi. Nilai COR yang tinggi pada sektor-sektor tersebut
disebabkan oleh modal besar yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap output
yang diinginkan. Dengan kata lain, sektor-sektor tersebut merupakan sektor yang
menggunakan teknik produksi yang bersifat lebih padat modal dibandingkan
sektor-sektor lainnya.
5.
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Neoklasik
Sebagai suatu perluasan
dari Teori Keynes, teori Harrod-Domar melihat persoalan pertumbuhan itu dari
segi permintaan. Pertumbuhan ekonomi hanya akan berlaku apabila pengeluaran
agregat -- melalui kenaikan investasi -- bertambah secara terus–menerus pada
tingkat pertumbuhan yang ditentukan (tingkat pertumbuhan itu dinamakan tingkat
pertumbuhan yang perlu dijamin atau warranted rate of growth). Teori
pertumbuhan Neo Klasik melihat dari sudut pandangan yang berbeda, yaitu dari
segi penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow
-- seorang akademisi yang pernah mengajar di MIT dan juga seorang pemenang
hadiah nobel -- pertumbuhan ekonomi bergantung kepada perkembangan faktor –
faktor produksi. Dalam persamaan, pandangan ini dapat dinyatakan dengan
persamaan :
?Y = f(?K, ?L, ?T)
Dimana :
?Y adalah tingkat pertumbuhan ekonomi
?K adalah tingkat pertambahan barang
modal
?T adalah tingkat pertambahan teknologi
Analisis Solow selanjutnya
membentuk formula matematik untuk persamaan itu dan seterusnya membuat
pembuktian secara matematik untuk menunjukkan kesimpulan berikut :
g = m.?K + b.?L + ?T
dimana g adalah
tingkat/persentasi pertumbuhan ekonomi, m adalah produktivitas modal marginal
dan b adalah produktivitas marginal tenaga kerja. Persamaan itu pada hakikatnya
menyatakan : tingkat pertumbuhan ekonomi tergantung kepada : (1) pertambahan
modal dan produktivitas modal marginal, (2) pertambahan tenaga kerja dan
produktivitas tenaga kerja marginal, (3) perkembangan teknologi.
Untuk memberi gambaran
mengenai penggunaan rumus tersebut dalam menentukan pertumbuhan ekonomi,
perhatikan contoh berikut :
Misalkan : m= 0,25 (artinya setiap 1000
rupiah pertambahan modal menghasilkan 250 rupiah pertambahan pendapatan
nasional), b = 0,75 (artinya setiap tambahan tenaga kerja menghasilkan 75
persen dari tingkat produksi pertambahan tenaga kerja) dan perkembangan
produktivitas sebagai akibat perkembangan teknologi adalah 5 persen.
Pertambahan barang modal dan tenaga kerja masing – masing adalah 10 persen dan
2 persen. Dengan demikian tingkat pertumbuhan ekonomi adalah :
g = 0,25(10) +0,75(2) + 5
g = 9 persen
angka di atas menunjukkan
pertumbuhan ekonomi mencapai 9 persen, dan penyebabnya adalah : 5% diciptakan
oleh perkembangan teknologi, 2,5 persen disebabkan oleh pertambahan barang
modal dan 1,5 persen disebabkan pertambahan tenaga kerja.
Sumbangan terpenting dari
Teori Pertumbuhan Neo-Klasik bukanlah dalam menunjukkan faktor – faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, tetapi kemungkinan menggunakan teori tersebut
untuk mengadakan penyelidikan empiris untuk menentukan peranan sebenarnya dari
berbagai faktor dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam penyelidikan
mereka Abramovits dan Solow menunjukkan pertumbuhan ekonomi Amerika terutama
disebabkan oleh perkembangan teknologi; diantara 80 hingga 90 persen dari
pertumbuhan ekonomi Amerika diantara pertengahan Abad XIX dan XX disebabkan
oleh perkembangan teknologi.
Setelah itu beberapa ahli
ekonomi lain melakukan penyelidikan yang sama sifatnya. Salah satu studi yang
terkenal adalah yang dilakukan oleh Denison, yang menganalisis factor yang
mengakibatkan perkembangan di Negara maju diantara tahun 1950-1962. Kesimpulan
studi tersebut adalah : pertambahan barang – banarang modal hanya menciptakan
25 persen dari pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, 18 persen dari pertumbuhan
ekonomi di eropa Barat dan 21 persen dari pertumbuhan ekonomi yang terjadi di
Inggris.
Ø Mazhab Neo-Klasik
Teori-teori yang
dikembangkan oleh marx dan engels mendapat banyak tanggapan dari pakar-pakar
ekonomi, Baik dari kaum sosialis maupun dari pendukug sistem
liberalkapitalisme. Pemikiran-pemikiran ekonomi dari para pakar pendukung
system liberal ini kemudian dimasukkan kedalam suatu kelompok pemikiran ekonomi
tersendiri yang disebut mazhab neo-klasik.
Karena analisis yang dibuat
marx untuk meramal kejatuhan system kapitalis bertitik tolak dari teori nilai
kerja dan tingkat upah,maka para pakarar neo klasik mempelajari teori-teori
tersebut secara mendalam.dari sekian banyak pakar-pakar neo klasik .paling
kurang ada empat orang yang melakukan penelitia tentang hal yang sama,yaitu
W.stanley jesons(1835-1882)Leon walras (1837-1910),carl menger (1840-1921) dan
Alfred marshall(1842-1942).
Walaupun mereka melakukan peneliian
secara terpisah, tetapi dari hasil penelitian masing-masing mereka mengemukakan
tentang hal yang sama:bahwa teori nilai lebih(surplus value) marx tidak mampu
menjelaskan secara tepat tentang nilai komoditas.teori marx tersebut tidak
memberikan sumbangan apa-apa dalam perkembangan teori ekonomi dank arena itu
dapat diabaikan.
Ø Pendekatan
Marjinal
Beberapa penulis ekonomi
menyebut apa yang sudah dilakukan oleh para pakar ekonomi neo-klasik tersebut
sebagai marginal revolution, sebab telah ditemukan suatu analisis baru yaitu
pendekatan marginal.analisis marginal pada intinya pengaplikasian kulkulus
diferensial terhadap tingkah laku konsumen dan prudusen serta penentuan
harga-harga dipasar. Sejak terjadinya marginal revolution trsebut pembahasn ekonomi
semakin bersifat mikro.
Konsep marginal ini sering
diakui sebagai kontribusi utama dari aliran atau mazhab Austria.tetapi jika
ditelusuri kebelakang ternyata teori ini telah cukup lama dikembangkan oleh
pengarang terdahulu, tepatnya oleh Heindrich Gossen telah lama menggunakan
konsep marginal dalam menjelaskan kepuasan atau kaidah (utility) dari
pengkonsumsian sejenis barang. Menurut Gossen faedah tambahan (marginal
utility) dari pengkonsumsian suatu macam barang akan semakin turun jika barang
yang sama dikonsumsi semakin banyak. Pernyataan ini kemudian dijadikan semacam
dalil , dan lebih dikenal sebagai “ hukum Gossen pertama”. Dalam hukum Gossen
kedua menjelaskan bahwa sumber daya dan dana yang tersedia selalu terbatas
secara relative untuk memenuhi bebagai kebutuhan yang relative tak terbatas
adanya.
Dengan adanya kendala ini
maka kepuasaan maksimum yang bisa diperoleh sesuai dengan keterbatasan sumber
daya dan dana tersebut terjadi pada saat faedah marginal sama untuk tiap barang
yang dikonsumsi dengan syarat semua sumber daya dan dana terpakai habis
seluruhnya. Pada teori Gossen tersebut tidak mendapat perhatian dari para pakar
ekonomi.
6. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada 4 faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok
barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang
digunakan. Dalam teori pertumbuhan mereka, dimisalkan luas tanah dan kekayaan
alam adalah tetap jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan.
Berdasarkan kepada teori pertumbuhan ekonomi klasik yang baru
diterangkan, dikemukakan suatu teori yang menjelaskan perkaitan di antara
pendapatan per kapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori
penduduk optimum. Teori pertumbuhan klasik dapat dilihat bahwa apabila terdapat
kekurangan penduduk, produksi marjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan
per kapita. Akan tetapi apabila penduduk semakin banyak, hukum hasil tambahan
yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi
marjinal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan nasional dan
pendapatan per kapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.
Ø Teori
pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith
“An Inquiry
into the nature and causes of the wealth of the nation”, teorinya yang
dibuat dengan teori the invisible hands (Teori tangan-tangan gaib)
Teori Pertumbuhan ekonomi Adam Smith
ditandai oleh dua faktor yang saling berkaitan :
1.
Pertumbuhan penduduk
2.
Pertumbuhan output total
Pertumbuhan
output yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen berikut ini.
1.
sumber-sumber alam
2.
tenaga kerja (pertumbuhan penduduk
3.
jumlah persediaan
Ø Teori
pertumbuhan ekonomi David Ricardo dan T.R Malthus
Menurut David Ricardo faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar
hingga menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga
kerja melimpah. Pendapat Ricardo ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Thomas Robert Malthus, menyatakan bahwa makanan (hasil produksi) akan bertambah
menurut deret hitung (satu, dua, dan seterusnya). Sedangkan penduduk akan
bertambah menurut deret ukur (satu, dua, empat , delapan, enam belas, dan
seterusnya) sehingga pada saat perekonomian akan berada pada taraf subisten
atau kemandegan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pertumbuhan Ekonomi di
setiap negara berbeda - beda tergantung dari tingkat pendapatan per kapita
suatu negara tersebut dan tergantung dari berapa besar pendapatan / penghasilan
dari penduudknya. Jika pendapatan Negara
itu tinggi maka pertumbuhan ekonominya juga cepat tetapi sebaliknya jika
pendapatan suatu negara itu di bawah rata – rata maka pertumbuhna ekonominya
juga rendah.
Beberapa ahli ekonomi mengemukakan pertumbuhan ekonomi dengan
persepsi yang berbeda – beda. Seperti pada alitan klasik an Neo klasik. Sebagai contoh nya : Robert Solow
mengemukakan pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber
pada manusia, akumulasi modal, pemakaian tekonologi modern dan hasil / output.
Dan masih banyak lagi tokoh – tokoh yang mengemukakan pertumbuhan ekonomi dalam
arti yang berbeda – beda.
Pertumbuhan ekonomi pada zaman sekarang ini berdampak pada
kehidupan penduduk suatu negara. Semuanya ini berpengaruh pada kesejahteran
rakyat banyak. Oleh karena itu negara terus memajukan pendapatan negara dengan
menaikkan harga – harga kebutuhan pokok seperti minyak yang katanya bisa
menjadikan lebih baik tingkat perekonomian kita.
2. Saran
Dengan demikian
dapat kita sarankan kepada pemerintah dengan penjelasan sebagai berikut :
1.
Beberapa negara sedang berkembang mengalami ketidak stabilan sosial,
politik, dan ekonomi. Ini merupakan sumber yang menghalangi pertumbuhan
ekonomi. Adanya pemerintah yang kuat dan berwibawa menjamin terciptanya
keamanan dan ketertiban hukum serta persatuan dan perdamaian di dalam negeri.
Ini sangat diperlukan bagi terciptanya iklim bekerja dan berusaha yang
merupakan motor pertumbuhan ekonomi.
2.
Ketidakmampuan atau kelemahan setor swasta melaksanakan fungsi
entreprenurial yang bersedia dan mampu mengadakan akumulasi kapital dan
mengambil inisiatif mengadakan investasi yang diperlukan untuk memonitori
proses pertumbuhan.
3.
Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil akumulasi kapital dan investasi yang
dilakukan terutama oleh sektor swasta yang dapat menaikkan produktivitas
perekonomian. Hal ini tidak dapat dicapai atau terwujud bila tidak didukung
oleh adanya barang-barang dan pelayanan jasa sosial seperti sanitasi dan
program pelayanan kesehatan dasr masyarakat, pendidikan, irigasi, penyediaan
jalan dan jembatan serta fasilitas komunikasi, program-program latihan dan
keterampilan, dan program lainnya yang memberikan manfaat kepada masyarakat.
4.
Rendahnya tabungan-investasi masyarakat (sekor swasta) merupakan pusat
atau faktor penyebab timbulnya dilema kemiskinan yang menghambat pertumbuhan
ekonomi. Seperti telah diketahui hal ini karena rendahnya tingkat pendapatan
dan karena adanya efek demonstrasi meniru tingkat konsumsi di negara-negara
maju olah kelompok kaya yang sesungguhnya bias menabung.
5.
Hambatan sosial utama dalam menaikkan taraf hidup masyarakat adalah
jumlah penduduk yang sangat besar dan laju pertumbuhannya yang sangat cepat.
Program pemerintahlah yang mampu secara intensif menurunkan laju pertambahan
penduduk yang cepat lewat program keluarga berencana dan melaksanakan
program-program pembangunan pertanian atau daerah pedesaan yang bisa mengerem
atau memperlambat arus urbanisasi penduduk pedesaan menuju ke kota-kota besar
dan mengakibatkan masalah-masalah social, politis, dan ekonomi.
6.
Pemerintah dapat menciptakan semangat atau spirit untuk mendorong
pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tidak hanya memerlukan
pengembangan faktor penawaran saja, yang menaikkan kapasitas produksi
masyarakat, yaitu sumber-sumber alam dan manusia, kapital, dan teknologi;tetapi
juga faktor permintaan luar negeri. Tanpa kenaikkan potensi produksi tidak
dapat direalisasikan.
No comments:
Post a Comment