Tuesday, 21 April 2015

Validitas Soal



2.1       Pengertian Validitas
Menurut Azwar (1986) validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Menurut Arikunto (1999) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Menurut Nursalam (2003) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Menurut Arikunto (1999) suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian validitas di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa validitas adalah suatu standar ukuran yang menunjukkan ketepatan dan kesahihan suatu instrumen
Ada dua unsur penting dalam validitas, pertama validitas menunjukkan suatu derajat, ada yang sempurna, ada yang sedang dan ada yang rendah. Kedua, validitas selalu dihubungkan dengan suatu putusan atau tujuan yang spesifik.
2.2       Faktor-Faktor yang mempengaruhi validitas hasil tes.
Faktor-faktor  yang mempengaruhi validitas hasil tes menurut Gronlund (1985) yaitu:
1.        Faktor instrumen evaluasi.
Mengembangkan evaluasi memang tidaklan mudah, apalagi jika seorang evaluator tidak atau kurang memahami prosedur dan teknik evaluasi itu sendiri. Jika instrumen evaluasi kurang baik, maka dapat berakibat hasil evaluasi menjadi kurang baik.Untuk itu dalam mengembangkan instrumen evaluasi, seorang evaluator harus memperhatikan hal-hal yang mempengaruhi validitas instrumen dan berkaitan dengan prosedur penyusunan instrumen, seperti silabus, kisi-kisi soal, petunjuk mengerjakan soal dan pengisian lembar jawaban, kunci jawaban, penggunaan kalimat efektif, bentuk alternatif jawaban, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.
2.        Faktor administrasi evaluasi dan penskoran
Dalam administrasi evaluasi dan penskoran, banyak sekali terjadi penyimpangan atau kekeliruan, seperti alokasi waktu untuk pengerjaan soal yang tidak proporsional, memberikan bantuan kepada peserta didik dengan berbagi cara, peserta didik saling mencotek ketika ujian, kesalahan penskoran, termasuk kondisi fisik dan psikis peserta didik yang kurang menguntungkan.
3.        Faktor jawaban dari peserta didik
Dalam praktiknya, faktor jawaban dari peserta ini meliputi kecenderungan peserta didik untuk menjawab secara tepat, tetapi tidak tepat, keinginan melakukan coba-coba, dan penggunaan gaya bahasa tertentu dalam menjawab soal bentuk uraian.
Selanjutnya, Kerlinger (1986) mengemukakan, “validitas istrumen tidak cukup ditentukan oleh derajat ketetapan istrumen untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, tetapi perlu juga dilihat dari kriteria lain yaitu appropriatness, meaningfullness, dan usefullnes”. Appropriatnes menunjukkan kelayakan dari tes sebagai instrumen, yaitu seberapa jauh instrumen dapat menjangkau keragaman aspek perilaku peserta didik. Meaningfullness menunjukkan kemampuan instrumen dalam memberikan keseimbangan soal-soal pengukurannya berdasar tingkat kepentingan dari setiap fenomena. Usefullness to inferences menunjukkan sensitif tidaknya instrumen dalam mengangkap fenomena perilaku dan tingkat ketelitian yang ditunjukkan dalam membuat kesimpulan.
2.3 Macam-Macam Validitas Tes
Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman. Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical validity) dan hal yang kedua diperoleh validitas empiris (empirical validity). Dua hal ini yang dijadikan dasar pengelompokan validitas tes.
Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris.
a.    Validitas Logis
Istilah validitas logis  mengandung kata “logis” berasal dari kata “logika”, yang berarti penalaran. Dengan makna demikian maka validitas logis untuk sebuah instrument evaluasi menunjukan pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Sebagaimana pelaksanaan tugas lain misalnya membuat sebuah karanganpendiskripsikan mengenai pasar, jika penulis sudah mengikuti aturan pembuatan karangaran, tentu secara logis karangannya sudah baik. Berdasarkan penjelasan tersebut maka instrumen yang sudah disusun berdasarkan teori penyusunan instrumen, secara logis sudah valid. Dari penjelasan tersebut kita dapat memahami validitas logis dapat dicapai apabila instrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi secara langsung diperoleh sesudah instrumen tersebut selesai disusun.
Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu: valditas isi dan validitas konstruk (construct validity). Validitas isi bagi sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi. Selanjutnya validitas konstrak sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan konstrak aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi. Penjelasan lebih jauh tentang jenis validitas logis ini akan diberikan berturut-turut dalam  membahas jenis-jenis validitas instrumen nanti.
b.   Validitas Empiris
Istilah validitas empiris memuat kata empiris yang artinya pengalaman. Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Sebagai contoh sehari-hari, seorang dapat diakui jujur oleh masyarakat apabila dalam pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut memang jujur. Contoh lain, seseorang dapat dikatakan kreatif apabila dari pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut sudah banyak menghasilkan ide-ide baru yang diakui berbeda dari hal-hal yang sudah ada. Dari penjelasan dan contoh-contoh tersebut diketahui bahwa validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman.
Ada dua macam validitas empiris, yakni ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menguji bahwa instrumen memang valid. Pengujian tersebut dilakukan dengan membandingkan kondisi instrumen yang bersangkutan dengan kriterium atau sebuah ukuran. Kriterium yang digunakan sebagai pembanding kondisi instrumen dimaksud ada dua, yaitu: yang sudah tersedia dan yang belum ada tetapi akan terjadi di waktu yang akan datang. Bagi instrumen yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang sudah tersedia, yang sudah ada, disebut memiliki validitas “ada sekarang”, yang dalam istilah bahasa Inggris disebut memiliki concurrent validity. Selanjutnya instrumen yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang diramalkan akan terjadi, disebut memiliki validitas prediksi, yang dalam istilah bahasa Inggris disebut memiliki predictive validity.
Dari uraian adanya dua jenis validitas, yakni validitas logis yang ada dua macam, dan validitas empiris, yang juga ada dua macam, maka secara keseluruhan kita mengenal adanya empat validitas, yaitu:
(1)      Validitas isi,
(2)      Validitas konstruk,
(3)      Validitas ada sekarang, dan
(4)      Validitas predictive.

Dengan kesimpulan validitas isi dan validitas konstrak dicapai melalui penyusunan berdasarkan ketentuan atau teori, sedangkan validitas ada sekarang dan validitas predictive dicapai atau diketahui melalui pengalaman. Adapun penjelasan masing-masing validitas adalah sebagai berikut.
1)   Validitas isi (content validity)
Tujuan dari validitas isi adalah mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan, dan perubahan-perubahahan psikologis apa yang timbul dari diri peserta didik tersebut setelah mengalami proses pembelajaran. Validitas isi ini sering disebut juga validitas kurikulum dan validitas perumusan.
Validitas kurikulum berkenaan dengan pertanyaan apakah materi tes relevan dengan kurikulum yang sudah ditentukan. Pertanyaan ini timbul karena sering terjadi materi tes tidak mencakup keseluruhan aspek yang akan diukur, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor, tetapi hanya pengetahuan yang bersifat fakta-fakta pelajaran tertentu. Diharapkan dengan validitas kurikulum ini timbul ketelitian yang jelas dan totalitas dengan menjelajahi semua aspek yang tercakup dalam kisi-kisi dan Rencana Perencanaan Pembelajaran (RPP) yang bersangkutan. Validitas kurikulum ini dapat dilakukan dengan cara mencocokan materi tes dengan silabus dan kisi-kisi, melakukan diskusi dengan sesama pendidik.
Validitas perumusan berkenaan dengan pertanyaan apakah aspek-aspek dalam soal-soal itu betul tercakup dalam perumusan tentang apa yang hendak diukur.
2)   Validitas kontruksi (construct validity)
Konstruk adalah konsep yang dapat diobservasi (observable) dan dapat diukur (measurable). Validitas konstruk berkenaan dengan pertanyaan hingga mana suatu tes betul-betul dapat mengobservasi dan mengukur fungsi psikologis yang merupakan deskripsi perilaku peserta didik yang akan diukur oleh tes tersebut. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus. Dengan kata lain jika butir-butir soal mengukur aspek berpikir tersebut sudah sesuai dengan aspek berpikir yang menjadi tujuan instruksional.
Sebagai contoh jika rumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK): “Siswa dapat membandingkan antara uang giral dan uang giral”, maka butir soal pada tes merupakan perintah agar membedakan antara dua uang tersebut.
3)   Validitas “ada sekarang” (concurrent validity)
Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. Jika ada istilah “sesuai” tentu ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini hasil dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada.
Dalam membandingkan hasil sebuah tes maka diperlukan suatu kriterium atau alat banding. Maka hasil tes merupakan sesuatu yang dibandingkan. Untuk jelasnya di bawah ini dikemukakan sebuah contoh.
Misalnya seorang guru ingin mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau belum. Untuk ini diperlukan sebuah kriterium masa lalu yang sekarang datanya dimiliki. Misalnya nilai ulangan harian atau nilai ulangan sumatif yang lalu.
4)   Validitas prediksi (predictive validity)
Memprediksi artinya meramal, dengan meramal selalu mengenai hal yang akan datang jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
Misalnya tes masuk Perguruan Tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah di masa yang akan datang. Calon yang tersaring berdasarkan hasil tes diharapkan mencerminkan tinggi-rendahnya kemampuan mengikuti kuliah. Jika nilai tesnya tinggi tentu menjamin keberhasilannya kelak. Sebaliknya seorang dikatakan tidak lulus tes karena memiliki nilai tes yang rendah jadi diperkirakan akan tidak mampu mengikuti perkuliahanyang akan datang.
Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalah nilai-nilai yang diperoleh setelah peserta tes mengkuti pelajaran di Perguruan Tinggi. Jika ternyata siapa yang memiliki nilai tes lebih tinggi gagal dalam ujian semester I dibandingkan dengan yang dahulu nilai tesnya lebih rendah maka tes masuk yang dimaksud tidak memiliki validitas prediksi.
2.4       Cara Mengetahui Validitas Alat Ukur
            Bahwa sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Person. Rumus korelasi product momen ada dua (2) macam, yaitu:
1.                  Korelasi product moment dengan simpangan
Rumus korelasi product moment dengan simpangan :
Dimana :
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan (  dan )
= jumlah perkalian x dengan y
= kuadrat dari x
= kuadrat dari y
2.                  Rumus korelasi product moment dengan angka kasar :



Dimana :
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan.
2.5  Validitas Butir Soal atau Validitas Item
Apa yang sudah dibicarakan sebelumnya adalah validitas soal secara keseluruhan tes. Disamping mencari validitas soal tes perlu juga dicari validitas item. Jika seorang peneliti atau seorang guru mengetahui bahwa validitas soal tes misalnya terlalu rendah maka selanjutnya ingin mengetahui butir-butir tes maka selanjutnya ingin mengetahui butir-butir tes manakah yang menyebabkan soal secara keseluruhan tersebut jelek karena memiliki validitas rendah sehingga perlu dicari validitas butir soal.
Pengertiam umum untuk validitas butir soal atau item adalah sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah. Dengan kata lain dapat dikemukakan di sini bahwa sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini diartikan dengan korelasi sehingga untuk mengetahui validitas item digunakan rumus korelasi.
Pada tes objektif hanya ada dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Setiap butir soal yang dijawab dengan betul, umumnya diberi skor 1, sedangkan untuk setiap jawaban salah diberikan skor 0. Jenis data seperti ini, yaitu betul-salah, ya-tidak. Sedangkan skor total merupakan jumlah dari skor untuk semua item yang membangun soal tersebut. Teknik korelasi yang tepat untuk digunakan adalah teknik korelasi point biserial dengan rumus :

rumus point biserial

Dimana :
rpbi = Koefisien korelasi point biserial
Mp = Skore rata-rata dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari vaiditasnya
Mt = Skor rata-rata dari skor total.
SDt = Deviasi standar dari skor total.
p    = Proporsi peserta yang menjawab betul terhadap butiritem yang sedang diuji validitas itemnya.
p= banyaknya siswa yang benar
          jumlah seluruh siswa
q = Proporsi peserta yang menjawab salah terhadap buitr item yang sedang diuji validitas itemnya  (q= 1- p )
2.6       Validitas Faktor
Dalam penilaian hasil belajar sering digunakan skala pengukuran tentang suatu variabel yang terdiri atas beberapa faktor atau bagian keseluruhan materi.  Setiap keseluruhan materi pelajaran terdiri dari pokok-pokok bahasan atau mungkin sekelompok bahasan yang merupakan satu kesatuan.
Contohnya seorang guru akan mengevaluasi penguasaan siswa untuk tiga pokok bahasan yaitu: konsumsi, tabungan, dan investasi. Untuk itu guru tersebut membuat 30 butir soal, misalkan untuk konsumsi 8 butir, untuk tabungan 12 butir, dan untuk investasi 10 butir.





BAB III
                                          PEMBAHASAN PRAKTEK          

3.1              Untuk menguji validitas empiris dapat digunakan jenis statistika korelasi product momen. Berikut ini akan dijelaskan contoh perhitunggannya.
·                     Korelasi Product Momen dengan Angka Simpangan.
Rumus korelasi product moment dengan simpangan :
Dimana :
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan (  dan
= jumlah perkalian x dengan y
= kuadrat dari x
= kuadrat dari y

Contoh perhitungan :
Misalnya akan menghitung validitas tes prestasi belajar ekonomi. Sebagai kriterium diambil rata-rata ulangan yang akan dicari validitasnya diberi kode X dan rata-rata nilai harian diberi kode Y. Kemudian dibuat tabel persiapan sebagai berikut.
Tabel Nilai Prestasi Belajar Ekonomi
No
Nama
X
Y
1
Nadia
6,5
6,3
2
Susi
7
6,8
3
Cecep
7,5
7,2
4
Erna
7
6,8
5
Dian
6
7
6
Asmara
6
6,2
7
Siswono
5,5
5,1
8
Jihad
6,5
6
9
Yanna
7
6,5
10
Lina
6
5,9

Jumlah
65,0
63,8


Langkah-langkah penyelesaian:
1.      Membuat tabel persiapan seperti berikut:

No
Nama
X
Y
X
Y
Xy



















2.      Jumlah semua nilai yang ada dalam variabel X dan variabel Y kemudian hitung rata-rata X dan Y.

3.      Cari nilai pada kolom X dengan jalan nilai tiap-tiap peserta didik dalam kolom X dikurangi dengan rata-rata X ( ̅ )
4.      Cari nilai pada kolom Y dengan jalan nilai tiap-tiap peserta didik dalam kolom Ydikurangi dengan rata-rata Y ()
5.      Cari nilai pada kolom X2 dengan jalan menguadratkan masing-masing nilai dalam kolom X.
6.      Cari nilai pada kolom Y2 dengan jalan menguadratkan masing-masing nilai dalam kolom Y.
7.      Cari nilai pada kolom XY dengan jalan mengalikan tiap-tiap nilai dalam kolom X dengan nilai-nilai dalam kolom Y.

Berdasarkan langkah-langkah di atas dapat dihitung koefisien korelasi product-momen sebagai.

No
Nama
X
Y
X
Y
X2
Y2
XY
1
Nadia
6,2
6,3
0
-0,1
0
0,01
0
2
Susi
7
6,8
+0,5
+0,4
0,25
0,16
+0,2
3
Cecep
7,5
7,2
-1.0
+0,8
1,0
1,64
+0,8
4
Erna
7
6,8
-0.5
+0,4
0,25
0,16
+0,2
5
Dian
6
7
-0,5
+0,6
0,25
0,36
-0,3
6
Asmara
6
6,2
-0,5
-0,2
0,25
0,04
+0,1
7
Siswono
5,5
5,1
-1,0
-1,3
1,0
1,69
+1,3
8
Jihad
6,5
6
0
-0,4
0,0
0,16
0
9
Yanna
7
6,5
+0,5
+0,1
0,25
0,01
+0,05
10
Lina
6
5,9
-0,5
-0,6
0,25
0,36
+0,3

Jumlah
65,0
63,8


3,5
3,59
2,65


Dimasukkan ke rumus
Indeks korelasi antara X dan Y (rxy) inilah indeks validitas soal yang dicari.
·                     Rumus korelasi product moment dengan angka kasar :



Dimana :
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan
Dengan mengunakan data hasil tes prestasi ekonomi diatas kini dihitung dengan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang tabel persiapannya sebagai berikut.
No
Nama
X
Y
XY
1
Nadia
6,5
6,3
42,25
39,69
40,95
2
Susi
7
6,8
49
46,24
47,6
3
Cecep
7,5
7,2
56,25
51,84
4,0
4
Erna
7
6,8
9
46,24
47,6
5
Dian
6
7
36
49
42
6
Asmara
6
6,2
36
38,44
37,2
7
Siswono
5,5
5,1
30,25
26,01
28,05
8
Jihad
6,5
6
42,25
45,5
39
9
Yanna
7
6,5
49
36
45,5
10
Lina
6
5,9
36
34,81
35,4

Jumlah
65,0
63,8
426,0
410,52
417,3

Dimasukkanke dalam rumus :
Jika diperbandingkan dengan soal yang dihitung dengan rumus simpangan, ternyata terdapat perbedaan sebesar 0,002, lebih besar yang dihitung dengan rumus simpangan. Hal ini wajar karena dalam mengerjakan perkalian atau penjumlahan jika diperoleh 3 atau beberapa angka dibelakang koma maka dilakukan pembualatan keatas. Perbedaan ini sangat kecil sehinga bisa diabaikan.
Untuk memperjelas pengertian tersebut dapat disampaikan keterangan sebagai berikut.
·                    Korelasi positif menunjukkan adanya hubungan sejajar antara dua hal. Misalnya, hal pertama nilainya naik, hal kedua ikut naik. Sebaliknya jika hal pertama turun, yang kedua ikut turun.
Contoh korelasi positif antara nilai ekonomi dan akuntansi
Ekonomi          : 2        3          5          7          4          3          2
Akuntansi        :4         5          6          8          5          4          3
Kondisi nilai ekonomi sejajar dengan nilai akuntansi karena naik dan turunnya nilai ekonomi mengkuti naik dan turunnya nilai akuntansi.
·                    Korelasi negatif menunjukkan adanya hubungan kebalikan antara duahal. Misalnya, hal pertama nilainya naik, justru yang kedua turun. Sebaliknya, jika yang pertama naik, yang kedua turun.
Contoh korelasi negatif antara nilai Bahasa Indonesia dan Akuntansi
Bahasa Indonesia        :5         6          8          4          3          2
Akuntansi                    :8         7          5          1          2          3

Besarnya koefisien korelasi antara -1,00 sampai +1,00. Koefisen korelasi negatif menunjukkan hubungan kebalikan sedangkan koefisien positifmenunjukkan adanya kesejajaran untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
Antara 0,81 sampai dengan 1,00         = sangat tinggi
Antara 0,61 sampai dengan 0,80         = tinggi
Antara 0,41 sampai dengan 0,60         = cukup
Antara 0,201 sampai dengan 0,40       = rendah
Antara 0,00 sampai dengan 0,20         = sangat rendah

·                     Perhitungan mencari validitas item
TABEL ANALISIS ITEM UNTUK PERHITUNGAN VALIDITAS ITEM
No
Nama
Butir soal/item
Skor total
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
Hartati
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
8
2
Yoyok
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
5
3
Oktaf
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
4
4
Wendi
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
5
5
Diana
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
6
6
Paul
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
4
7
Susana
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
7
8
Helen
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
8
           
Misalnya akan dihitung validitas item nomor 6, maka skor item tersebut disebut variabel X dan skor total disebut variabel Y. Selanjutnya perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi point biserial. Untuk menghitung validitas item nomor 6, dibuat terlebih dahulu tabel persiapannya sebagai berikut.
TABEL PERSIAPAN UNTUK MENGHITUNG VALIDITAS ITEM NOMOR 6
No
Nama
X
Y
1
Hartati
1
8
2
Yoyok
0
5
3
Oktaf
1
4
4
Wendi
1
5
5
Diana
1
6
6
Paul
0
4
7
Susana
1
7
8
Helen
1
8

Keterangan :
X= skor item nomor 6
Y= skor total
Dimasukkan ke dalam rumus:
rumus point biserial
Dimana :
rpbi = Koefisien korelasi point biserial
Mp = Skor rata-rata dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari vaiditasnya
Mt = Skor rata-rata dari skor total.
SDt = Deviasi standar dari skor total.
p    = Proporsi peserta yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya.
p= banyaknya siswa yang benar
          jumlah seluruh siswa
q = Proporsi peserta yang menjawab salah terhadap buitr item yang sedang diuji validitas itemnya  (q= 1- p )
            Apabila item 6 tersebut dicari validitasnya dengan rumus ini maka perhitungannya melalui langkah sebagai berikut:
1.      Mencari Mp= 
2.      Mencari Mt=
3.      Dengan menggunakan kalkulator diperoleh harga standar deviasi yaitu σn adalah 1, 7139.
4.      Menentukan harga p, yaitu
5.      Menentukan harga q yaitu
6.      Memasukkan kerumus korelasi point biserial.
rumus point biserial
rpbi=            =             =     0,4244
Koefisien validitas item nomor 6 adalah 0,4244. Dilihat secara sepetintas bilangan ini memang sesuai dengan kenyataannya. Hal ini dapat diketahui skor-skor yang tertera baik pada item maupun skor total. Oktaf yang hanya memiliki 4 skor dapat memperoleh skor 1 pada item, sedangkan Yoyok dan Wendi yang mempunyai skor total sama, yaitu 5 skor pada item tidak sama. Validitas item tersebut kurang meyakinkan. Tentunya saja validitasnya tidak tinggi.

No comments:

Post a Comment